Sunday, September 13, 2009

JUBAH ILAHI YANG HARUS DIKENAKAN SETIAP WAKTU - LAMBAT UNTUK BERKATA-KATA -

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 13 September 2009
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Yakobus 1:19-27 diberi tema pendengar atau pelaku firman (TB); mendengar dan berbuat (TBIS), menampilkan tiga warna dasar yang sangat mempengaruhi di dalam kondisi kerohanian kita baik di dalam perkembangan, pertumbuhan, sampai kepada penuaian-penuaian yaitu cepat untuk mendengar (ayat 21-25), lambat untuk berkata-kata, dan lambat untuk marah.
Gaya hidup mereka yang akan memperoleh dan menerima lahan tuaian, warna dasar yang kedua yaitu lambat untuk berkata-kata. Yakobus 1:26-27 - Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya...
Merasa setia, aktif dalam pelayanan tetapi tidak mengekang (tidak mengontrol, tidak mengendalikan, tidak mendisiplinkan) lidahnya; firman Allah katakan sia-sialah ibadahnya sama seperti ketika Yesus berkata Aku tidak pernah mengenal kamu (Matius 7:22), kemudian mereka protes, mereka adalah orang-orang yang aktif tetapi kekeliruan yang mereka tidak pernah perbaiki adalah tidak disiplin dalam soal lidah. Lidah digerakkan oleh hati dan pikiran. Untuk membaca hati, pikiran, emosi seseorang selain dari raut muka kita pun bisa mengerti melalui lidah saat ia melontarkan perkataan.
Lidah tiap saat mempunyai peran, fungsi lidah untuk membangun relasi, komunikasi (dari hati dituangkan ke lidah) baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama dan seharusnya melalui lidah kita membangun, kehadiran kita sebagai garam untuk memberi rasa pada banyak orang, sebagai terang untuk menuntun banyak orang. Lidah digunakan bukan hanya untuk memberkati orang yang menyenangkan kita tapi juga orang yang menyusahkan kita. Lidah berfungsi juga untuk menyatakan ide, keinginan, isi hati dan pikiran dengan catatan untuk mereka yang tidak bisa bicara mereka mempunyai bahasa isyarat, yang tuli sekalipun mereka punya bahasa. Betapa pentingnya lidah, Tuhan mampu mengubahkan lembah menjadi ladang penuaian, tapi tergantung ladang itu kita cemari atau kita pupuk dengan lidah kita.
Kapan dan di mana lidah manusia mulai liar?
Kejadian 1:1-31, semua yang Tuhan ciptakan termasuk lidah Tuhan berkata sungguh amat baik. Kejadian 3:1-7, sebelum manusia berjumpa dengan Iblis yang datang menggunakan ular, lidah hanya untuk memashyurkan Allah. Kejadian 3:8, selama periode tahun-tahun kemuliaan, manusia biasa menyambut Tuhan di dalam kemuliaan (Yehezkiel 28:13), para theolog sepakat keindahan yang ditulis ini ditujukan pada Lucifer yang jubahnya bertahtakan 9 batu permata, ia selalu berada di dekat tahta Allah, ketika Lucifer memberontak lalu dicampakkan ke bumi ia menjadi Setan dan ia melihat manusia yang diciptakan Allah sekarang memakai jubah kemuliaan yang pernah ia gunakan berjalan di taman Eden bercakap-cakap dengan Tuhan. Ketika Adam dan Hawa berjalan-jalan dialog awal menunjukkan Hawa bercakap-cakap dengan ular, bahasa mereka mulai berubah, lidah mulai liar sejak ia bertemu dengan Iblis. Saat Hawa membiarkan dan mengijinkan untuk kontak dengan Iblis lidahnya menjadi tidak terkendali lagi, tercemar, menyalahkan Tuhan (Yeremia 17:9). Gaya hidupnya menjadi licik (Roma 5:19), kalau saja ketika ular mulai memancing dan Hawa mengambil sikap maka tidak tercemar.
Orang percaya yang tidak akan menerima lahan penuaian yang Tuhan siapkan adalah orang Kristen yang memberi tempat pada Iblis (Efesus 4:27). Jangan sekali-kali memberi lahan/kesempatan pada Iblis untuk membangun pangkalan atau landasan dalam hidup kita. Amsal 12:6 - Kata-kata orang jahat mematikan; kata-kata orang jujur menyelamatkan (TBIS). Kata-kata = dabar (bahasa Ibrani) mempunyai pengertian kata-kata yang keluar dari lidah untuk membicarakan masalah-masalah, urutan peristiwa-peristiwa/kronologis. Sering kali orang mulai mengutarakan urutan-urutan peristiwa dengan menambah-nambah. Orang fasik (bahasa Arab) = mereka tahu Tuhan tapi tidak mengindahkan firman Allah. Kendalikan lidah untuk mengutarakan sesuatu jangan sampai membunuh orang lain.
Tuhan geram ketika kita tidak mampu mengontrol/mendisiplinkan lidah (Yakobus 1:26) --jangan sampai karena punya kepentingan, emosi, kita lontarkan seperti pedang membunuh seseorang--, Imamat 26:19 - ...Hujan tak akan turun, sehingga tanahmu menjadi kering dan keras seperti besi.
II Raja-raja 22:18-20, Yosia raja Yehuda sempat liar lidahnya, tahun-tahun awal pemerintahannya ia mencari Tuhan, kerajaannya diberkati luar biasa tapi setelah Tuhan promosikan dia, lidahnya mulai liar, tidak mengindahkan firman Allah dan semua yang keluar dari lidahnya menyakiti hati Tuhan. Ketika Yosia mendengar malapetaka yang Tuhan sampaikan melalui nabiah Hulda, ia sadar. Ketika menyesal dan bertobat, sekalipun sudah sempat mencemari dengan lidah lahan yang Tuhan siapkan tapi saat ia memohon Tuhan ampuni dan Tuhan mendengar tangisan maka ia tidak akan melihat lembah-lembah menjadi lembah kegagalan, tangisan tapi Tuhan ubahkan menjadi daerah penuaian.

No comments: