Sunday, October 25, 2009

PANGGILAN TUHAN DALAM HIDUP KITA

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 25 Oktober 2009
Pdt. Noordin Muhammad (Kalimantan Barat)


I Samuel 16:7, 12-13 - Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud... Kita harus menyadari bahwa panggilan keselamatan dari Tuhan, Tuhan sendiri yang memanggil kita dengan kuasa Roh KudusNya. Tuhan punya 1001 macam cara untuk memanggil kita menjadi hamba-hambaNya. Kita menerima keselamatan ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat atas hidup kita, kemudian menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan dengan tanda dibaptis selam. Ketika keselamatan sudah menjadi milik kita, kita menjadi anak-anak Allah yang menerima waris Kerajaan Allah, memiliki urapan Allah sebagaimana Daud telah menerimanya dan ia telah dipilih Allah. Galatia 3:26; 4:6-7, dengan iman percaya kita, kita disebut anak-anak Allah dan kita layak menyebut Dia “Abba, Bapa” dan inilah jaminannya hidup kekal mewarisi Kerajaan Allah.
Bagaimana supaya Tuhan berkenan kepada kita, Allah bekerja secara luar biasa, urapan dan kuasa Allah selalu mengalir dalam hidup kita? Roma 8:14-16, waktu-waktu ini segala tantangan dari dunia, segala pekerjaan Iblis dan pengikut-pengikutnya bekerja untuk menggoda dan menjatuhkan anak-anak Tuhan tapi ketika kita dipenuhi dan diurapi dengan kuasa Allah maka kita akan hidup sesuai dengan pandangan Allah. Ketika Samuel akan mengurapi anak-anak Isai, di antara anak Isai yang dipandang oleh Allah adalah Daud, karena ia seorang yang berkenan kepada Allah. Allah melihat hati. Daud mempunyai hati yang tulus, taat dan setia, berserah penuh pada Tuhan sehingga Daud mampu mengatasi penderitaan hidupnya walaupun di padang banyak binatang buas yang mengancamnya. Hati Daud adalah hati yang rela berkorban, penuh tanggung jawab, berkorban untuk domba peliharaan milik ayahnya, kita juga harus mempunyai hati yang rela berkorban untuk melayani, memberitakan Injil sehingga kita bisa membuat Bapa bangga.
I Korintus 15:58. Ketika kita mengambil tanggung jawab hati sebagai hamba, pelayanan kita tidak sia-sia, Tuhan tidak pernah melupakan perbuatan baik, korban kita. Kalau urapan kuasa Roh Kudus tinggal dalam hidup kita, kita akan mempunyai pergaulan yang intim dengan Tuhan, kita akan mengerti apa yang menjadi keinginan isi hati Allah dan Allah mengerti isi hati kita, kita akan mempunyai keberanian untuk memberitakan firman Allah, kuasa dan mujizat Allah akan dinyatakan.
Nyatakan panggilan Allah dalam hidup kita, setelah Daud diurapi, Roh Allah ada dalam hidup Daud, bukan berarti kita bebas dari masalah tapi Allah tetap bertanggung jawab atas hidup kita. Banyak peristiwa yang Daud alami yang bisa menggocangkan hidupnya. Saat kita menerima panggilan Allah mungkin banyak tantangan yang mencoba melemahkan, menggoncangkan kita tapi jangan lepaskan pegangan kita karena Ia akan bertanggung jawab bukan hanya atas hidup kita tapi keturunan kita.

Amin.

Sunday, October 18, 2009

FORMASI SUKU-SUKU YANG MENJAGA SISI BARAT TABERNAKEL

Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 18 Oktober 2009
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Ketiga suku yang dipercaya untuk menunggu sisi Barat Tabernakel/Kemah Sembahyang adalah suku Efraim, suku Manasye dan suku Benyamin. Formasi sisi Barat berada di paling belakang, sedangkan sisi Timur berada di paling depan. Formasi yang paling belakang berbicara tentang kelompok yang berada di akhir zaman, paling ujung dari segala zaman. Dalam sebuah perumpamaan Yesus diilustrasikan sebagai orang kaya, pemilik kebun anggur sedang mencari pekerja untuk bekerja di ladangNya. Ada yang Dia temukan jam 6 pagi, jam 9 pagi, jam 12 siang, jam 3 siang, perhitungan satu hari adalah dari jam 6 pagi sampai jam 6 sore = 12 jam. Baik yang masuk kerja jam 6 pagi, jam 9 pagi, jam 12 siang, ataupun jam 3 siang semua mendapatkan upah satu dinar. Waktu Yesus menemukan banyak yang masih menganggur Yesus memberi kesempatan bagi mereka yang mau bekerja di jam 5 sore, tapi baru sebentar bekerja hari itu telah berakhir. Mereka yang bekerja dari jam 5 sampai jam 6 sore pun mendapat upah satu dinar. Mereka yang bekerja di jam 5 sore adalah mereka yang bekerja di waktu yang dipercepat oleh Tuhan.
Kita berada di akhir zaman waktu percepatan yang luar biasa. Matius 24:22 - Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat. Karena kita yang dipilih oleh Tuhan waktu itu dipercepat. Apa yang terjadi di saat semua serba cepat? Amos 9:13 - ...pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih... Di berbagai bidang kehidupan manusia kita melihat percepatan yang luar biasa, mereka yang bekerja di jam 5 sore mendapat fasilitas yang serba cepat. Suku Efraim, suku Manasye dan suku Benyamin berada di sisi Barat di paling belakang, di akhir zaman.
Bahasa nubuatan tentang fakta ilahi yang ada di akhir zaman: Kejadian 37:3 - Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Gereja lahir pada waktu akhir segala zaman (waktu Yesus disalibkan) disebut zaman gereja/zaman Roh Kudus, gereja menerima karunia-karunia, kemampuan-kemampuan yang berbeda-beda satu terhadap yang lain melalui Roh Kudus.
Kisah Para Rasul 1:8, ketika Tuhan menyelesaikan segala zaman, gereja yang disingkirkan ke padang belantara bukanlah gereja yang hanya aktif, yang nampaknya penuh dengan buah melainkan gereja yang penuh dengan Roh Kudus. Pada waktu kita dipenuhkan dengan Roh Kudus, kita menerima kuasa (= dunamis - bahasa Yunani) yang mempunyai pengertian kekuatan, kemampuan menghadapi godaan-godaan, tekanan-tekanan, penderitaan-penderitaan. Tuhan memberikan kemampuan untuk bisa menangkap sinyal dari Tuhan, untuk bisa melihat bahwa Allah menyediakan persediaan-persediaan buat kita.
Realita kalau kita penuh dengan Roh Kudus: I Samuel 17:40-46, pertarungan antara Daud dan Goliat adalah pertarungan yang tidak imbang secara visual, postur tubuh Goliat empat kali postur tubuh Daud --satu ancaman yang betul-betul menakutkan-- tapi Daud penuh dengan Roh Kudus, Roh Allah ada di dalam dia, dia punya dunamis, kemampuan menangkap isyarat dari Tuhan. Musa yang penuh dengan Roh Kudus ketika orang Israel sedang panik dan mengancamnya Tuhan memberi kemampuan/dunamis pada Musa untuk melihat perkara-perkara ilahi, panorama ilahi. Kalau kita mempunyai dunamis, kita bisa mendengar, bisa melihat apa yang Tuhan sedang kerjakan untuk kita sehingga kita bisa berkata hari ini persoalan apapun bisa beres, Allah tidak akan menunda. Daud penuh dengan Roh Kudus sehingga ia mempunyai kemampuan melihat seperti Allah melihat, mendengar seperti yang Tuhan sudah siapkan untuknya, Allah berjanji perkara-perkara dahsyat terjadi. Yesaya 60:5. Kapan hal itu akan terjadi? Yesaya 60:2, ketika terang kemuliaan Tuhan bercahaya dalam hidup kita. Satu ketika Tuhan ijinkan dalam hidup kita semua menjadi gelap --kita merasa gagal, kita merasa tidak beruntung-- terang Tuhan tidak mungkin memancar kecuali semua menjadi gelap. Pada waktu semua gelap keindahan sejati akan keluar dari hidup kita.
Acapkali Tuhan ijinkan ‘gelap’ terjadi dalam hidup kita, jangan berkecil hati! Karena ketika kita punya dunamis, kemuliaan Tuhan akan masuk dalam hidup kita seiring dengan Roh Allah yang ada dalam diri kita, kemuliaan Tuhan memancar dari dalam hidup kita sehingga keindahan yang sejati akan keluar dari hidup kita.
Amin.

Sunday, October 11, 2009

HUKUM-HUKUM KERAJAAN ALLAH BAGI WARGA KERAJAAN SORGA Bagian II

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 11 Oktober 2009
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Dalam Hukum-hukum kerajaan Allah terdapat peraturan kerajaan. Orang Kristen yang mendengar firman Allah diumpamakan seorang yang membangun rumah, ada dua gaya yaitu membangun rumah di atas batu dan membangun rumah di atas pasir, waktu ujian datang (hujan, angin dan banjir), yang membangun menurut pola mengikuti firman Allah akan tetap tegak berdiri tapi yang membangun di atas pasir pola tidak sama dengan pola firman Allah, rumah itu roboh dan betapa hebat kerusakannya.
Membangun rumah di atas pasir. Pengkhotbah 3:11 - Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Tuhan mempunyai tujuan yang indah bagi kita yang kita belum bisa mengerti sampai saat ini, untuk mencapai tujuan yang indah Yesus bersedia menjadi fondasi bagi hidup kita. Dia rela disalib menjadi batu yang ditempa, inilah proses Yesus menjadi fondasi bagi hidup kita. Yesus harus berkorban untuk menjadi batu dasar supaya apabila hujan, angin dan banjir datang, kita tetap tegar berdiri.
Pengkhotbah 7:8 - Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya... Akhir yang baik merupakan hasil dari kerja keras pada awalnya, ilustrasinya hasil yang baik yang dicapai olahragawan karena latihan awal, waktu dan dana ia gunakan habis-habisan. Banyak orang percaya, mereka memfokuskan pada pandangan hari yang terindah tetapi mengabaikan yang awal (kesungguhan hati), paradigma ini harus diubah.
Matius 7:26-27, hujan, angin, dan banjir akan menimpa baik rumah yang didirikan di atas batu maupun rumah yang didirikan di atas pasir bedanya rumah yang didirikan di atas batu akan tetap kokoh tapi yang di atas pasir (tidak perlu disiplin, tidak perlu tekad, tidak perlu pola) akan roboh dan hebat kerusakannya sama seperti peristiwa di Kejadian 11:1-4. Soal punya rencana membangun sampai ke langit itu halal-halal saja tapi untuk menyamai Tuhan ini merupakan penyimpangan. Mereka mengumpulkan lempung/pasir yang dipadatkan (batu-bata) dan program ini gagal karena mereka mencoba menyamai Tuhan, dari sisi manusia mereka membangun di atas pasir. Realita pertumbuhan iman menjadi gambaran bagi kita di akhir zaman.
Yehezkiel 17:1-7, dua burung rajawali yang besar (= dua pemimpin yaitu raja Nebukadnezar dan raja Firaun) datang ke gunung Libanon (= umat Tuhan - orang Israel) yang pada waktu itu juga ada dua pemimpin yaitu raja Yoyakhin (ayat 3) dan raja Zedekia (ayat 5). Raja Nebukadnezar datang pada raja Yoyakhin dan berkata buat apa kamu membangun rumah di atas batu, membangun mati-matian, taat pada firman Allah tapi tidak mendapatkan apa-apa dan buktinya saya bisa menyerangmu. Raja Firaun pun datang pada raja Zedekia mempengaruhinya seperti gaya raja Nebukadnezar dan mereka terpengaruh. Baik raja Yoyakhin maupun raja Zedekia digambarkan seperti pohon anggur (= suku Yehuda, orang percaya) yang akar-akarnya diarahkan pada raja Nebukadnezar dan raja Firaun sepertinya anggur ini bertumbuh subur, akar-akarnya kuat, punya carang, tunas, dan tetap berbuah, tampaknya tetap eksis dan berhasil, mereka digambarkan membangun rumah di atas pasir tetapi ketika hujan, banjir, dan angin datang menerpa robohlah rumah ini (ayat 8-9), seperti juga ilustrasi dalam Rut 1, Elimelekh, Naomi dan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, mereka lari ke Moab meninggalkan Betlehem; mereka akan tercabut sampai akar-akarnya kalau mendirikan rumah di atas pasir.
Tuhan memakai nabi Yeremia untuk memberikan peringatan dalam Yeremia 13:24 tentang suatu bencana bagi mereka yang mendirikan rumah di atas pasir, mengabaikan firman Allah, mengikuti Nebukadnezar dan Zedekia dengan iman seada-adanya akhirnya mereka meninggalkan Tuhan.
Yosua 24:15 - ...pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; ...Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” Yosua memilih untuk tidak membangun rumah asal-asalan, hasil yang indah itu adalah awal yang serius dan ia mau bagaikan batu yang digali, dipahat lama tapi ia mau beribadah pada Tuhan.
Pilihlah hari ini, mau membangun di atas batu atau di atas pasir, hak setiap kita untuk menimbang, neraca ilahi Tuhan beri tapi itu hak kita untuk memilih mau asal-asalan atau serius dengan Tuhan. Bangunlah rumah hidup kita di atas batu yang kokoh.

Amen..

Sunday, October 04, 2009

HUKUM-HUKUM KERAJAAN ALLAH BAGI WARGA KERAJAAN SORGA

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 04 Oktober 2009 – Oleh Pdt. Frans Z. Assa

Yakobus 2:1-13 menulis tentang hukum-hukum/peraturan-peraturan Kerajaan Allah bagi warga Kerajaan Sorga. Khotbah Yesus dalam Matius pasal 5 - 7 membicarakan hukum-hukum Kerajaan Allah, di antaranya Matius 6:1-7:12 Yesus berkhotbah tentang bagaimana sikap/gaya hidup, penampilan warga Kerajaan Sorga. Berbicara penampilan waktu membangun komunikasi dengan sesama (bertanya, menjawab) ada metodanya, gaya dari dunia sering kali penuh dengan emosi. Dalam Matius 7:13-27 berisi nasihat, satu pola yang harus kita patuhi/taati dan kita tidak boleh keluar atau menyimpang dari pola. Pokok pikiran: kalau manusia --terutama wanita-- sangat kecewa sewaktu dia memberikan model pakaian untuk dijahit tapi ternyata setelah jadi lain dengan model yang dia berikan. Begitu pula dengan Tuhan, Tuhan mau supaya kita demikian namun kita melanggar, pernahkah kita pikirkan Tuhan kecewa?
Di antara nasihat bagi warga Kerajaan Sorga adalah Matius 7:24-27. Kegagalan banyak orang Kristen adalah mahir bila mendengar iman tapi setelah punya iman tidak pernah dipraktekkan/diaplikasikan. Aplikasi iman akan menentukan gagal atau berhasilnya seseorang, roboh atau tegaknya rumah tergantung penerapan iman kita. Orang Kristen yang mendengar firman Allah diumpamakan seorang yang membangun rumah, ada dua gaya yaitu membangun rumah di atas batu dan membangun rumah di atas pasir. Akibatnya waktu ujian datang (hujan, angin dan banjir), yang membangun menurut pola mengikuti firman Allah akan tetap tegak berdiri; sementara yang membangun di atas pasir pola tidak sama dengan pola firman Allah, rumah itu roboh dan betapa hebat kerusakannya.
Mereka yang membangun/mendirikan rumah di atas batu, penggunaan iman sesuai dengan pola setuju atau tidak setuju, cocok atau tidak cocok tapi penerapan iman sesuai firman Allah; satu kali rasanya ingin memberontak tapi sujud pada Tuhan untuk mengikuti firman Allah pasti ada hasilnya. Hasilnya: I Raja-raja 6:7 - Pada waktu rumah itu didirikan, dipakailah batu-batu yang telah disiapkan di penggalian, sehingga tidak kedengaran palu atau kapak atau sesuatu perkakas besi pun selama pembangunan rumah itu. Sementara membangun satu rumah yang begitu megah karena penerapan iman sesuai dengan pola, hasilnya pada waktu batu-batu dikumpulkan dan disusun langsung menjadi rumah yang megah dan tidak terdengar palu lagi. I Raja-raja 6:29 waktu batu disusun langsung kelihatan ornamennya ada yang berbentuk gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang.
Bagaimana penerapan iman sehingga menjadi rumah yang begitu indah?
I Raja-raja 5:17 batu-batu yang dibentuk di gunung Libanon ( 300km dari Yerusalem) bukan jadi dalam semalam tapi bertahun-tahun melalui proses. I Raja-raja 5:15 raja Salomo mengirimkan 70.000 kuli penggali dan 80.000 tukang pahat ke gunung Libanon, bongkahan batu yang besar dan mahal ini dilinggis, dipotong sesuai pola kemudian tukang pahat mulai melukai batu ini untuk menampakkan gambar antara satu dengan yang lain tidak sama agar bisa disusun. Suka atau tidak suka tapi kalau kita mau mengikuti pola sebagai warga Kerajaan Sorga siap kalau dilinggis firman Allah dan dipahat. Pada waktu hidup kita sebagai batu, kita dikeluarkan dari pegunungan, jangan berpikir cukup 2 kali kita dihujam linggis (mungkin sesama aktivis, jemaat) dan akan terlepas tapi berulang-ulang baru batu itu akan terlepas lalu batu dipotong dan dipahat berulang-ulang barulah tampak bentuk gambarnya. I Raja-raja 5:16 ada 3.300 saksi yang mencatat, tetaplah di dalam genggaman tangan Tuhan sekalipun batu hidup kita dipahat habis-habisan untuk membentuk gambar kerub, pohon korma dan bunga mengembang. Waktu batu hidup kita dipahat tujuannya supaya gambar/karakter Yesus dimasukkan ke dalam kita. Jangan kuatir sekalipun memang ada 70.000 penggali, 80 ribu tukang pahat yang akan memberi ukuran dan menanamkan gambar di hidup kita dan prosesnya tidak terjadi dalam satu malam tetapi bertahun-tahun supaya jadi dan setelah pahatan itu ada kita akan diangkut ke Yerusalem, disusun dan menjadi rumah yang indah. Gambar pahatan ini harus tampak di dalam dan di luar dinding (I Raja-raja 6:29), jangan hanya di dalam berjubah aktivis tapi di luar ‘serigala’.
Tuhan punya respon karena penerapan imannya sesuai firman Allah/pola. I Raja-raja 8:10-13, ketika batu-batu ini sudah menjadi rumah yang indah, di dalam dan di luar ada gambarnya lalu rumah ditahbiskan, awan kemuliaan datang dan kemuliaan Allah turun. Kalau penerapan iman nampak sesuai pola firman Allah lalu kemuliaan Allah turun dan sejak itu mujizat terjadi, ketika mujizat terjadi orang-orang dari Libanon, Laut Tengah dan Afrika, mereka datang ke rumah ini dan mempersembahkan kekayaannya.
Ketika penerapan iman sesuai firman Allah, masa ini memang masa yang sukar karena firman Allah sendiri berkata demikian, tapi tidak ada perkara yang mustahil, mustahil bagi manusia tapi tidak ada yang mustahil bagi Allah.

Amin.