Sunday, August 29, 2010

PERGUNAKAN MULUT UNTUK MEMBERKATI ORANG LAIN

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 29 Agustus 2010
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Yakobus 3:10 - dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
Yakobus 3:9 mengatakan dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah; Tuhan menegaskan hal ini tidak boleh terjadi; padanan maknanya yaitu ketika Tuhan berkata: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:16-17). Seringkali manusia beralasan kenapa Tuhan sengaja mengadakan pohon itu kalau manusia punya kelemahan. Waktu Tuhan menciptakan manusia, Tuhan memberi hak/otoritas untuk melaksanakan, memberi kemampuan untuk menerima atau menolak; jadi kita tidak boleh ‘abu-abu’, jika ya di atas ya, jika tidak di atas tidak. Yakobus kemudian menekankan dalam Yakobus 3:10. Rasul Paulus menulis dalam suratan Efesus 2:10, kita ini buatan Allah--bukan robot, ketika Tuhan ciptakan kita, Tuhan persiapkan kita untuk melakukan pekerjaan baik. Kenapa sampai kita dituntut untuk melakukan pekerjaan baik? Karena Tuhan sudah tetapkan dan Tuhan punya perhatian spesial buat kita.
Yakobus 3:10 juga mempunyai padanan makna seperti ilustrasi yang Yesus sampaikan dalam Matius 13:24-30, lalang yang ditaburkan musuh di ladang gandum bertumbuh dan pertumbuhannya begitu cepat, hamba-hamba pemilik ladang itu meminta agar diijinkan untuk mencabut lalang yang mengusik, tapi pemilik ladang berkata: “Jangan, karena saya mampu memelihara dia, saya sudah berikan otoritas dan kapasitas supaya gandum tetap punya identitas.” Ketika Tuhan ciptakan manusia, Tuhan sudah lengkapi dengan otoritas (hak untuk bertindak, untuk melakukan) dan Tuhan juga berikan kesanggupan untuk memilih. Segala sesuatu di dunia ini pasti akan berakhir, manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan. Kesempatan untuk beraktivitas, berbuat baik, menggunakan hak untuk menikmati, untuk menggunakan kesempatan, akan berakhir. Ketika semua berakhir, Tuhan berkata kepada para pegawai ladang itu supaya lalang dikumpulkan berberkas-berkas, menurut ukuran masing-masing untuk dibakar, karena mereka telah diberikan kesempatan untuk mengeluarkan yang baik, tetapi kapasitas tidak digunakan dengan baik. Berbahagialah mereka yang mengalami goncangan, tekanan tetapi dia tetap menggunakan kesempatan, wewenangnya untuk berbuat baik, mereka akan dibawa ke gudang Allah.
Gambaran tentang dua orang yang sama-sama menerima otoritas, mereka mendapat hak untuk bertindak, sama-sama menerima kapasitas untuk memilih, menolak atau menerima tapi Alkitab menunjukkan dua orang ini menunjukkan hasil yang berbeda:
1. Ester 3:1.
Siapa yang tidak bangga kalau berhasil dalam bisnis, usaha, karir? Tentu semua bangga. Haman --orang Agag, keturunan Amalek, keturunan Esau-- siapapun dia, keturunan siapapun dia, Allah berikan kesempatan untuk menikmati berkat yang Tuhan siapkan yaitu raja mengaruniakan kebesaran, kenaikan pangkat, jabatan di atas semua pembesar kerajaan, menjadi orang kedua di kerajaan. Haman memperoleh otoritas dan kapasitas, bahkan Haman pernah menceritakan hal itu (Ester 5:11). Namun Haman memakai otoritas dan kapasitas untuk kepentingan diri sendiri, setelah ia punya kedudukan yang tinggi ia mau membunuh semua orang Yahudi (Ester 3:8-9).
2. Ester 2:17-18.
Selain Haman, orang kedua di kerajaan itu yaitu Ester, dia memperoleh otoritas (punya hak dan wewenang untuk bertindak), juga kepadanya diberikan kapasitas (untuk menerima, menolak, melakukan). Ester menggunakan otoritas dan kapasitas yang ia terima dari raja untuk mengangkat dan menyelamatkan bangsanya, melayani Tuhan, dan memberkati orang lain (Ester 7:1-3).
Allah memberi hak untuk hidup dan Allah memberi fasilitas kepada kita, kita gunakan untuk apa? Mazmur 53:3; 14:2; 33:13. Hati Tuhan penuh dengan kasih, Ia melihat ke bawah, ke tempat pergumulan umatNya, apakah otoritas dan kapasitas yang Tuhan beri kita gunakan untuk memberkati orang lain ataukah kita gunakan untuk menghancurkan orang lain (dengan kata-kata kita membunuh orang lain) ? Pilihan ada di tangan kita masing-masing.
Amin.

Sunday, August 22, 2010

HIDUP ADALAH SEBUAH PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 22 Agustus 2010
Oleh ............. - Jakarta


Filipi 1:9-11 - Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah. Hidup ini adalah sebuah proses pengambilan keputusan yang isinya memilih--dari begitu banyak pilihan. Hal ini berlaku sepanjang kehidupan manusia. Pengambilan keputusan dan memilih adalah proses kehidupan, maka sebetulnya siapa kita hari ini adalah hasil pilihan-pilihan masa lalu dan bila kita ingin tahu siapa kita ke depan tergantung dari pilihan, keputusan kita hari ini. Kita memiliki kapasitas untuk menentukan pilihan-pilihan kita dalam hidup ini dan kita diberi karunia oleh Tuhan meskipun manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Kita dibuat Allah segambar dengan diriNya artinya banyak kapasitas-kapasitas yang dimiliki Allah yang diberikan kepada kita termasuk kapasitas Allah untuk memilih.
Allah kita adalah Allah yang memilih. Firman Tuhan menyatakan ketika Allah menciptakan langit dan bumi, itu keputusan dan pilihan. Allah bisa saja tidak menciptakan langit dan bumi tetapi Allah menciptakan langit dan bumi sebagai pilihan. Setelah itu Allah menentukan satu planet yaitu bumi yang dipersiapkan untuk tempat manusia hidup; kemudian Allah memilih satu daratan kecil di mana Dia nanti menempatkan bangsa pilihanNya yaitu di tanah Kanaan di Israel, dari tanah Israel lalu Allah memilih tempat di Yerusalem lalu Tuhan berfirman di situ akan Kuletakkan mataKu, hatiKu, kemuliaanKu. Di Yerusalem Allah pilih satu tanah yaitu bukit Zion di situlah ditentukan Allah sebagai pilihan akan dibangun Bait Allah.
Kejadian 18:19, Allah memilih Abraham, Daud, dan umatNya, Yesus menyeleksi murid-muridNya. Galatia 1:15, Efesus 1:3-4, kita dipilih sebelum dunia dijadikan, kita pilihan Allah, biji mata Allah, kekasih Allah. Ketika Tuhan ciptakan manusia dan kemudian menempatkan manusia di taman Eden dengan semua kapasitas yang mulia yang Tuhan karuniakan kepada manusia tetapi manusia akhirnya memilih untuk tidak taat, manusia memilih memakan buah yang ada di tengah-tengah taman itu. Ketika manusia jatuh dalam dosa, hidup manusia menjadi begitu susah karena bumi ini sudah terkutuk. Walaupun manusia jatuh dalam dosa, kapasitas yang diberikan Allah untuk memilih itu masih melekat pada dirinya. Karena kita punya kapasitas untuk memilih, banyak kali kita jatuh dalam dosa karena pilihan-pilihan yang salah tetapi Tuhan memang tidak menghendaki manusia ciptaanNya mengasihi Dia datang sebagai robot, tapi Tuhan menghendaki manusia mengasihi Dia oleh karena datang dari nuraninya sendiri. Kita mempunyai kapasitas memilih, tidak semua hal mampu kita pilih, kita mampu memilih sesuai status kita masing-masing (status yang dibawa sejak lahir--laki-laki atau perempuan; status dari pergumulan hidup--pekerjaan, pendidikan dll.).
Apa dampak dari pilihan kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan?
Memilih Yesus menjadi Tuhan dan Juruselamat itu dampaknya luar biasa, pilihan iman yang benar karena hanya Yesus Kristus yang bisa membawa kita ke sorga. Itu yang membuat kita bersukacita karena kita mendapat janji keselamatan yang jelas. Kalaupun kita telah salah pilih, datang dan mohon ampun padaNya maka Ia akan merapihkan semua karena Ia mengasihi kita. Apakah karena kita memiliki kemampuan memilih lalu kita selamat begitu saja? Tidak, ada syarat yang Tuhan minta yaitu mengasihi Dia supaya berkat itu menjadi milik kita. Ulangan 30:19-20, Allah membentangkan alternatif pilihan: kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk; tapi Allah kita Allah yang baik, Dia tidak hanya menempatkan dan melepaskan pilihan, Dia menentukan pilihan yaitu pilihlah kehidupan supaya engkau maupun keturunanmu hidup. Allah juga menentukan supaya memperoleh kehidupan dengan mengasihi Tuhan, mendengar suara Tuhan, berpaut kepadaNya maka semua janji Allah menjadi bagian kita. Galatia 3:29, kita adalah keturunan Abraham dan mempunyai hak mewarisi janji Allah. Tetapi ini semua tergantung pilihan kita. Roma 8:32, bertahan, bersabar di dalam Tuhan, percaya karena firmanNya ya dan amin, Allah kita adalah Allah yang ‘habis-habisan’ memberi pada kita, minta hal-hal yang roh bukan yang daging.
Setan tahu kita memiliki kapasitas memilih, setan menawarkan begitu banyak pilihan dalam hidup kita, dia tidak menginginkan sesuatu yang baik. Markus 1:23, di zaman Yesus ada orang kerasukan setan di rumah ibadah. Waspadalah dalam kehidupan! Kewaspadaan itu ditentukan oleh kapasitas yang Tuhan karuniakan dengan belas kasihanNya untuk memilih.
Mulai hari ini pilih yang benar. Biarlah segala kasih yang melimpah, hikmat --pengertian dan pengetahuan-- membuat sebuah kapasitas yang mampu memilih yang baik, karena pilihan itu yang menentukan kehidupan dan berkat-berkat yang kita terima di masa mendatang. Pilih berkomitmen untuk memuliakan Allah, mendengar suaraNya, berpaut kepadaNya, mengasihi Dia dalam hidup kita, percaya saja semua yang Tuhan janjikan ya dan amin dan Allah ingin biji mataNya merespon kasih yang diberikanNya.
Amin.

Sunday, August 15, 2010

PERAN LIDAH DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN TUHAN DAN DENGAN SESAMA MANUSIA

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 15 Agustus 2010
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Yakobus 3:9 - Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah.
Ada dua sisi yang bisa kita temukan di ayat ini yaitu: dengan lidah kita bisa memuji Tuhan tetapi dengan lidah yang sama bisa meracuni, merusak, mengutuk. Lidah mempunyai peran dalam:
1. Membangun hubungan dengan Allah.
Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita. Memuji = eulogeō - bahasa Yunani yang artinya kapan saja, di mana saja, dalam kondisi apa saja orang ini akan bercerita Tuhan itu baik; bukan hanya pada waktu senang, berhasil, tetapi juga pada waktu sedang kecewa, luka batin. Contoh ketika lidah digunakan kemudian membangun hubungan dengan Allah:
Mazmur 103:1, ada dua hal yang Daud katakan:
- Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Jiwa berbicara tentang pikiran (= kardia - bahasa Yunani); pikiran untuk mengambil keputusan berkaitan dengan logika; logis atau tidak logis, masuk akal atau tidak masuk akal pujilah Tuhan.
- Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Batin berbicara tentang hati, manusia batiniah, rohaniah kita (= suneidesis - bahasa Yunani); pikiran untuk mengambil keputusan yang bersifat etis/moral.
Mazmur 103:2 - Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya. Secara kardia (IQ) kita memang bisa mengambil pilihan keputusan tidak masuk akal tapi pujilah Tuhan, menurut sunaedesis tidak bisa, tetapi dalam rangka etika/moral tetap bangun hubungan dengan sesama, tetap pujilah Tuhan karena Dia baik.
Bagaimana kondisi/keadaan hidup Daud sampai Dia berkata kepada kardia-nya (pikiran), dia perintahkan kepada suneidesis-nya (manusia batiniah) pujilah Tuhan? Kapan Daud perintahkan pikiran dan batin untuk memuji Tuhan? Ketika kondisi jiwa Daud sedang tertekan dan gelisah. Mazmur 42:7, 12; Mazmur 43:5. Beberapa kali ini diulang berarti Daud memang dalam keadaan tertekan karena memang ada fakta/realita. Daud datang dan memainkan kecapi saat raja Saul dihinggapi roh jahat namun beberapa kali raja Saul berikhtiar hendak membunuh Daud dengan tombak. Ketika Daud sekalipun disusahkan kardia-nya, suneidesis-nya Daud tetap mengambil pilihan keputusan tetap memuji Tuhan. Tuhan kemudian memberikan gelar kepada Daud (Kisah Para Rasul 13:22): ... Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. Hati = kardia/pikiran; jadi pertimbangan Allah menurut logika bukan menurut emosi. Bukti logisnya Tuhan ketika Tuhan ciptakan jagad raya, bintang-bintang beredar pada garis lintangnya dan tidak bertabrakan. Maukah kita berkenan di hati Tuhan?
2. Membangun hubungan dengan sesama.
...dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah (Yakobus 3:9). Ayub 1:20 - Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah. Latar belakang ayat ini, pada hari yang sama semua kekayaan Ayub habis (ada yang dijarah, ada yang terbakar karena tiba-tiba turun api yang menghanguskan), pada hari yang sama pula rumahnya roboh oleh topan badai, ketujuh anak laki-laki dan ketiga anak perempuannya mati. Ayub, dia mengoyakkan jubahnya, mencukur rambutnya sebagai tanda dia sedih lalu ia sujud dan menyembah Tuhan. Ayub 1:21, secara kardia tidak masuk akal, manusia batiniahnya luka, kecewa tapi ia sujud dan menyembah Tuhan tapi ayat 22 memberi catatan dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.
Lalu datang keempat sahabat Ayub, ketiga sahabatnya yaitu Zofar, Elifas, Bildad memberikan nasihat yang tidak baik --membelokkan kebesaran Tuhan-- (Ayub 42:7), hanya Elihu sahabat Ayub yang masih muda yang memberikan nasihat yang benar kepada Ayub. Karena perkataan ketiga sahabat Ayub, Ayub sempat terjebak mengutuki hari kelahirannya tapi dengan cepat ia sadar, datang dan mohon ampun kepada Tuhan. Apa kata Tuhan dan apa yang Tuhan percayakan kepada Ayub ketika Ayub bisa mengendalikan kardia (pikiran yang logis) dan suneidesis-nya (suara hati, batiniahnya)? Karena lidah Ayub, ia tetap pakai untuk eulogeō --waktu senang dan waktu menderita ia tetap bercerita Tuhan itu baik-- maka Tuhan berkata tentang Ayub: “...dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub." (Ayub 42:8). Ayub tetap bisa membangun hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama.
Pakailah lidah pada waktu senang untuk memuji Tuhan dan untuk menghormati sesama, ketika susah pun pakai lidah untuk menghormati Tuhan dan tetap baik terhadap orang lain sekalipun hati kita terluka. Matius 5:8, jaga baik-baik kardia dan suneidesis terhadap sesama maupun terhadap Tuhan, maka kita akan melihat Tuhan. Kejadian 28:12-15, Tuhan akan berdiri di samping kita, Ia akan beserta kita kalau kita tetap menggunakan lidah untuk membangun hubungan baik dengan Tuhan maupun dengan sesama.
Amin.

Sunday, August 01, 2010

PERAN LIDAH DALAM MEMBANGUN JATI DIRI SESEORANG

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 1 Agustus 2010
Oleh Pdt. Frans Z. Assa

Yakobus 3:6 - Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.
Lidah adalah api, di mana pun api sangat dibutuhkan. Hutan itu akan menjadi sebuah neraka atau menjadi tempat harapan tergantung api, apakah api bisa dikontrol atau tidak. Kalau api dalam kendali hutan itu menjadi sebuah harapan, tapi kalau tidak bisa dikontrol akan menjadi neraka. Ketika Tuhan ciptakan manusia, manusia membawa gambar dan rupa Allah, dan Tuhan melengkapi kita dengan tiga macam kecerdasan/kemampuan yaitu: kemampuan spiritual (Spiritual Quotient – SQ), kecakapan berpikir logis (Intelligence Quotient – IQ), dan kecakapan emosi (Emotional Quotient – EQ) supaya lidah kita terkontrol. Ketika lidah terkontrol lidah bisa membangun, berfaedah bagi sesama maupun bagi Tuhan.
Peran dari lidah dalam membangun, membentuk jati diri/identitas seseorang:
1. Yohanes 4:16-18.
Orang Farisi dan ahli Taurat merasa terancam ketika banyak orang menyatakan diri untuk percaya dan mengikut Yesus, banyak orang percaya dan dibaptis oleh murid-murid Yesus, lalu Yesus pergi dari Yudea kembali ke Galilea dan melewati Samaria (Yohanes 4:1-3). Ada sebuah proses ketika Yesus pergi dari Yudea ke Samaria (Yohanes 4:4-8), di pukul dua belas tengah hari saat Yesus sedang sendirian di kota Sikhar --di sumur Yakub-- datanglah seorang perempuan, hal ini bukan kebetulan tapi Tuhan sediakan waktu untuk satu jiwa. Separah, sebejat apapun keadaan seseorang, Tuhan punya waktu spesial untuk orang ini. Yohanes 5:4, sewaktu-waktu = kairos (waktunya Tuhan); pada waktu yang tidak diduga, yang tidak terpikirkan, ketika waktunya Tuhan tiba; demikian juga dalam Yohanes 4 itulah waktunya Tuhan untuk seseorang.
Yohanes 4:16-18, perempuan ini adalah orang yang paling bejat, untuk menimba air ia tidak berani muncul di jam-jam orang bekerja, ia muncul pada jam dua belas siang. Apakah Tuhan menyediakan waktu untuk orang semacam ini? Di mana letak peran lidah yang membangun, kemudian membentuk jati diri, mengubah dari seorang yang bejat menjadi seorang yang berarti yang dua jam sebelumnya ia ditakuti oleh masyarakat tapi dua jam kemudian ia dipulihkan reputasinya. Kalau Tuhan memulihkan, Tuhan memulihkan sampai orang-orang yang bersentuhan dengannya. Yohanes 4:19, ketika lidahnya mengaku bahwa Yesus adalah Nabi, peran dari IQ dan EQ-nya bekerja (perasaannya saya seorang wanita yang dibuang oleh masyarakat tapi sekarang emosinya terkontrol). Yohanes 4:25, ketika perempuan ini mengucapkan, “Engkau adalah Mesias yang memberitahukan aku tetang masa lalu dan masa depanku yang mampu memulihkanku,” lidahnya membangun reputasi/jati dirinya.
Yohanes 4:28-30, setelah perempuan ini mengaku Yesus adalah Nabi kemudian meningkat Yesus adalah Mesias lalu Yesus teguhkan imannya, tempayannya ia tinggalkan lalu ia masuk kota, lidahnya sudah memulihkan jati dirinya, image-nya (orang tidak lagi mempersoalkan dulu ia adalah perempuan yang bejat) lalu orang-orang datang kepada Yesus, terjadi kebangunan rohani. Yohanes 4:39.
2. I Korintus 15:9.
Paulus mengaku aku tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah, telah merusak hidup banyak anak Tuhan. Galatia 1:13. Kapan dan bagaimana sampai lidah Paulus bisa membangun jati diri, memulihkan reputasinya dan ketika lidahnya dipulihkan Tuhan pulihkan image orang kepadanya? Kisah Para Rasul 9:3-5. Ketika Paulus --dahulunya bernama Saulus-- dengan mandat penuh dari mahkamah agama menganiaya orang-orang yang mengikut Tuhan --salah satunya adalah Stefanus yang dianiaya hingga mati-- dengan mandat ini saat dalam perjalanan ke Damsyik di tengah jalan tiba-tiba cahaya memancar dari langit dan ia rebah dan mendengar suara Aku, Yesus yang kau aniaya, IQ Saulus jalan dan kemudian SQ-nya bekerja menopang (ia tahu bahwa itu suara Tuhan dari kitab Taurat ada Seorang yang akan melepaskan umatNya) dan ia berkata ampuni aku. Setelah dicelikkan ia sujud dan berkata memang benar Engkau adalah Tuhan.
Galatia 1:11-16, kesaksiannya sejak perjumpaan pertama dengan Yesus, itulah saat Yesus menyatakan diri, logika Paulus jalan, SQ-nya menopang lalu ia mengambil keputusan Yesus, Engkau adalah Anak Allah yang hidup; Paulus begitu peka dan Tuhan berkata Aku akan menjadikan engkau menjadi suaraKu, menjadi pemberita Injil bagi orang-orang non-Yahudi. Ketika Paulus menyatakan dengan lidahnya Engkau adalah Mesias dan semua akan aku serahkan padaMu, Tuhan pulihkan jati dirinya, image orang pada dirinya juga dipulihkan.
Kalau kita ijinkan lidah kita terkontrol, Tuhan berjanji (Efesus 3:20), Tuhan bukan hanya pulihkan semua sisi (nama, reputasi, hubungan dengan sesama--menyangkut karir, pergaulan dan masa depan) tapi Tuhan mampu berikan semua yang tidak pernah kita pikirkan, ketika Tuhan bekerja, Tuhan akan memulihkan lebih dari apa yang kita sangkakan.
Amin.