Sunday, September 04, 2011

MEMAHAMI DAN MENGERJAKAN KESELAMATAN

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 4 September 2011
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Tuhan tidak pernah bekerja statis, Ia bekerja dengan pelipatgandaan. Firman Allah mempunyai kuasa/daya untuk mencipta. Matius 11:29-30 - Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan. Selama kita masih di dunia, beban demi beban silih berganti dan selalu berbeda. Beban bukan hanya bicara soal keuangan, rumah tangga tapi juga tentang hal-hal sepele. Tuhan menyiapkan ketenangan ketika kita punya beban, Tuhan siapkan kebebasan. Bagaimana kita memperoleh ketenangan? Belajarlah kepada Yesus; Yesus adalah Guru yang terbaik. Kita sebagai orang yang diselamatkan, Yesus ingin agar kita memahami bahwa kita telah diselamatkan. Untuk apa kita diselamatkan, apa yang harus kita kerjakan di dalam keselamatan? Bukan hanya sekadar untuk menikmati tapi Tuhan ingin apa yang harus kita lakukan, kerjakan dalam keselamatan.

Yesus sering kali menggunakan perumpamaan untuk mengajar. Banyak orang yang mundur karena mereka kecewa. Yesus memberi perumpamaan selama di dunia ada gandum, ada lalang di satu ladang; mereka sama-sama mendapat perhatian, siraman air, tebaran pupuk dengan porsi yang sama. Kita harus sadar, jangan hanyut! Ada yang muncul sebagai lalang dan ada yang muncul sebagai gandum. Ikan dalam satu jala ada yang baik, ada yang tidak baik. Perumpamaan tentang seorang raja yang bepergian; dalam satu komunitas ada yang tekun, ada yang kurang tekun dan tidak tekun; ketika tiba-tiba raja pulang, mereka yang tidak tekun, tidak setia mendapatkan hardikan.

Allah mempunyai cara ketika mendidik dan mengajar; materinya bukan semata hasil olahan dari sorga tapi berangkat dari realita/fakta hidup supaya kita makin tajam, dewasa, dipromosikan ke tingkat yang lebih tinggi. Materi yang Tuhan ajar: Kejadian 50:20; Yusuf mempunyai sejarah perjalanan yang panjang, monoton, penuh penderitaan dan air mata. Sejak umur relatif muda ia telah disusahkan oleh kakak-kakaknya, puncaknya umur 17 tahun ia dijual --diperkirakan selama 1 tahun ia dijajakan sebagai budak-- harga dirinya dikoyak-koyak, dihancurkan dan akhirnya laku. Ketika kita direndahkan, disepelekan, diabaikan, angkat wajah kita menengadah kepada Tuhan. Waktu Yusuf dibawa ke istana Potifar, ia diperlakukan sebagai budak, tapi Tuhan promosikan, ia dibela, didandani oleh Tuhan; 10 tahun Yusuf di istana Potifar, pada akhirnya ia dibuang di penjara. Semua pengalaman Tuhan gunakan untuk memperhalus, menjadi material pengajaran untuk mendidik supaya Yusuf punya peduli dan peka; ia peduli ketika kakak-kakaknya berada dalam bencana kelaparan. Kapan ketajaman muncul? Saat ia dalam tungku penderitaan. Pemimpin bukan dilahirkan tapi dijadikan melalui proses yang panjang, melewati tungku penderitaan. Amsal 27:17, Allah gunakan semua penderitaan untuk mempertajam sehingga Yusuf punya peduli; penderitaan merupakan ruang pratikum.

Pengalaman-pengalaman yang baik atau buruk dari orang di sekitar kita, Tuhan siapkan agar lahir orang yang punya visi. Tuhan sementara mendidik, mengasah kita saat kita alami penderitaan, kekecewaan. Ketika Tuhan mempertajam dan ingin membuat kita lebih tinggi, seiring Tuhan selesaikan bagianNya, bagian kita harus kita selesaikan. II Korintus 10:3-4, Paulus katakan kita masih di dunia, tapi Tuhan sudah siapkan senjata untuk merobohkan benteng-benteng yang kuat; ubah paradigma kita, sering kali kita hanya diam saja saat berhadapan dengan benteng-benteng. Tuhan sudah siapkan lahan kemenangan yang luar biasa tapi hancurkan benteng itu. Tuhan siapkan lebih dari apa yang telah dicapai oleh orang-orang yang sudah mendahului kita. Kenapa Daud bisa mengalahkan Goliat? Karena ia pernah menaklukkan beruang. Pencapaian-pencapaian dari orang yang sudah mendahului kita, pencapaian-pencapaian itu Tuhan siapkan dan kita akan alami lebih dari pencapaian-pencapaian itu, tapi kita harus kalahkan, robohkan benteng-benteng dahulu.

Ulangan 1:6-7 - "TUHAN, Allah kita, telah berfirman kepada kita di Horeb, demikian: Telah cukup lama kamu tinggal di gunung ini. Majulah, berangkatlah, pergilah ke pegunungan orang Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan di tepi pantai laut, yakni negeri orang Kanaan, dan ke gunung Libanon sampai Efrat, sungai besar itu. Mungkin kita terlalu lama tinggal di gunung yang mengecewakan, tinggalkan gunung itu, Tuhan sudah siapkan pencapaian-pencapaian yang lebih. Firman punya daya untuk mencipta, robohkan benteng-benteng yang selama ini mengikat kita, berangkat tinggalkan gunung kegagalan, kekecewaan, Tuhan sudah siapkan pantai, pegunungan, pencapaian-pencapaian yang lebih dari orang-orang yang telah mendahului kita.

Amin.