Sunday, January 16, 2011

DOA YANG MEMPUNYAI DAMPAK

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 16 Januari 2011
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Yakobus 4:3 - Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu. Kenapa hal ini sampai terjadi? Yakobus memberikan penjelasan, mereka melakukan doa itu hanya sebagai ritual, untuk memuaskan diri sendiri. Doa pertama-tama harus berdampak pada diri sendiri dulu, hidup kita harus berubah. Saat kita berdoa, kita harus siap untuk diubah; setelah diri sendiri berubah baru kemudian mengubah tujuan yang kita capai. Saat kita sudah alami perubahan, doa akan mengadakan mujizat. Ketika kita berdoa, jawaban doa Tuhan bukan letakkan pada orang lain tapi pada diri kita, Tuhan menjawab menurut waktu Tuhan.
Yohanes 5:1-3, sebagai orang percaya kita harus pahami sebuah doa yang menghasilkan mujizat. Tuhan mendengar doa dan pada waktu Tuhan mendengar, Tuhan bukan sekadar mendengar sepintas lalu (hearing) tapi Tuhan mendengar dan mencermati (listening) dan Tuhan menyiapkan apa yang orang ini butuhkan. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda (= rumah belas kasihan, pondok kemurahan, rumah penuh rahmat dan kasih sayang) di sana terdapat sejumlah orang yang menderita, di sana menunggu belas kasihan dari Tuhan. Kapan belas kasihan datang? Saat malaikat datang mengocakkan air dan orang yang pertama kena air, orang ini sembuh.
Tuhan, Ia selalu mempunyai waktu untuk menjawab doa setiap orang. Yohanes 5:4, sewaktu-waktu = sekonyong-konyong (TL), waktunya Tuhan = kairos (bahasa Yunani), tidak ada batasan, waktu yang tidak pernah kita duga, bukan kronos (bahasa Yunani) = waktu manusia. Untuk menunggu waktunya Tuhan, bisa saja jawaban atas doa itu langsung kita terima, tapi bisa satu bulan ke depan, atau lima tahun lagi dan sebagainya, tapi Tuhan pasti menjawab doa orang percaya; soal waktu di tangan Tuhan. Tetaplah berharap pada Tuhan karena Tuhan pasti menjawab doa kita, untuk menunggu waktu Tuhan pasti ada proses.
I Raja-raja 18:31-38, doa yang efektif/mempunyai dampak adalah doa yang mempunyai langkah menunggu dan menurut waktunya Tuhan. Tuhan ingin melihat langkah-langkah kita menuju waktunya Tuhan; seringkali kita menuntut dan merajuk seperti anak kecil, ketika Tuhan sudah siapkan waktu, Tuhan sudah siapkan jawaban atas doa, kita harus siap bertemu dengan kairos Tuhan. Saat Elia berhadapan dengan nabi-nabi Baal yang 450 orang itu dan nabi-nabi Asyera yang 400 itu di gunung Karmel, Elia mulai dengan langkah doa:
1. Mengambil 12 batu = memerlukan kesabaran, energi dan keseriusan.
2. Menyusun menjadi mezbah.
3. Menggali parit di sekitar batu.
4. Menyusun kayu api
5. Lembu yang akan dipersembahkan disembelih, dipotong berpenggal-penggal dan diletakkan di atas kayu api. Sementara Elia menyiapkan langkah demi langkah, Tuhan siapkan kairos; kadang kita tidak menerima jawaban karena kita tidak selesaikan langkah-langkah kita.
6. Elia mengambil air dan menuangkan ke atas mezbah ini; mezbah diguyur air 3 kali--saat itu musim kering artinya setuju atau tidak setuju kalau Roh Tuhan berbicara lakukan.
7. Elia berdoa cukup 18 detik lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. Itulah kairos, Tuhan sudah siapkan jawaban.
Siapkan apa yang perlu kita benahi, kita harus benahi, Tuhan sudah siapkan jawaban, milikilah proses yang layak dan berkenan kepada Tuhan. Soal menunggu waktu memang bosan tapi dalam hal memiliki doa yang efektif kita dituntut untuk menunggu; di sini kita dibentuk kualitas dan kepatuhan kita.
I Samuel 10:1,8; I Samuel 13:8-9, ketika Saul dilantik menjadi raja, kuasa diberikan kepadanya; namun waktu Israel dikepung oleh Filistin, Saul tidak sabar menantikan Samuel. Ketika menunggu waktunya Tuhan, Allah siapkan itu supaya kita mempunyai kualitas iman dan Tuhan ingin melihat kualitas kepatuhan kita. Sabar menantikan jawaban Tuhan, Allah mempunyai waktu untuk membentuk kita, pahami cara Tuhan mendidik kita. Mazmur 23:4, saat menunggu waktu Tuhan, mungkin kita berada di sebuah ‘lembah’ (= kegagalan, kekecewaan), namun Daud memberi kepastian bahwa ‘lembah’ itu hanya sementara. Daud hanya berjalan di lembah kekelaman, tapi Daud tidak pernah berkata aku tinggal di lembah tapi hanya lewat. Mazmur 84:7, kita hanya berjalan melewati ‘lembah’, setelah kita berhasil melewati ‘lembah’ itu, Allah promosikan kita, Allah punya kairos untuk mengangkat kita.
Amin.