Sunday, October 30, 2011

KEPUTUSAN KITA MENENTUKAN BUAH YANG DIHASILKAN

Ringkasan Khotbah Minggu Pagi, 30 Oktober 2011
Oleh Pdt. Frans Z. Assa


Manusia selalu berhadapan dengan dua sisi yaitu mau atau tidak; di dunia mana saja, di situasi apa saja keduanya saling menonjol ingin menang; misalnya mau berbakti atau tidak berbakti.

Yesaya 5:1-2 - Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur. Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam. Dari ayat ini kita bisa melihat karakter dasar Tuhan, tidak berubah, tidak terkondisi, Tuhan selalu memberi lebih dahulu, berbeda dengan manusia selalu menuntut hak. Sifat Tuhan selalu memberi, kita belum timbul kesadaran untuk meminta Tuhan sudah memberi. Tuhan punya kekasih yang digambarkan sebagai kebun anggur dan pohon anggur. Wujud dari Tuhan memberi sebelumnya Ia mencangkulnya, membersihkan dahulu, Tuhan memperbaiki hati.

Orang percaya dimanja oleh Tuhan dan sangat diperhatikan. Yesaya 65:24 - Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya. Sebelum mereka berteriak, Tuhan sudah menjawab, kita baru berencana Tuhan sudah mendengar; namun kembali ke Yesaya 5:1, kita harus berada di satu titik ‘mau atau tidak’. Soal berkata: “Ya” itu adalah keputusan kita, hak sudah diberi dari awal. Kebun anggur tidak punya apa-apa, kemudian Tuhan cangkul dan rawat, batu-batu dibuang. Waktu mengambil keputusan mau atau tidak mengeluarkan buah yang baik itu ada di tangan kita, dalam Yesaya 5:2 keluar buah yang busuk.

1. Lukas 13:7-9.

Betapa panjang sabarnya Tuhan, pemilik ini berkata sudah tiga tahun dirawat tetapi tidak bisa mengambil keputusan untuk berkata ya. Penunggu kebun (gambaran Roh Kudus) masih meminta kesempatan untuk merawat, kalau memang sudah diberi kesempatan tapi tidak digunakan maka akan ditebang. Manusia gampang lupa asalnya; sedikit yang berpikir kepada siapa saya harus berterima kasih.

Yesus memberi nyawaNya supaya kita yang tadinya tidak bisa apa-apa, kita diangkat oleh Tuhan sehingga kita bisa berubah menjadi kebun buah-buahan. Apa yang akan kita persembahkan untuk Tuhan? Biar kita berkata: “Saya mau lakukan apa yang firman Allah katakan pada saya.”

2. Mazmur 103:7.

Roh Allah memberi ilham kepada Daud sehingga ia bisa melihat sampai pada zaman Musa (556 tahun sebelum Daud lahir), ketika Musa diijinkan menulis kitab Taurat (Kejadian - Ulangan). Obyek yang Daud bicarakan adalah Musa; kenapa Musa bisa menulis awal mula penciptaan?

Kisah Para Rasul 7:19-21, Firaun begitu takut karena perkembangan, pertumbuhan orang Ibrani begitu pesat, sehingga ia memberi tugas pada bidan-bidan untuk membunuh bayi laki-laki yang dilahirkan orang Ibrani. Pada waktu itu lahirlah Musa, setelah 3 bulan orangtuanya tidak bisa menyembunyikannya lagi dan Musa dibuang ke sungai Nil. Kenapa sampai Musa lolos dari pembunuhan itu? Penyebabnya, jauh sebelum Musa lahir ada seorang yang berdoa untuk dia.

Kejadian 18:22, menyadari keterbatasan dirinya, Abraham tetap berdiri --menunjuk tentang sikap/mengambil posisi untuk tetap berdialog dengan Tuhan-- tawar-menawar untuk keponakan dan keturunannya di Sodom dan Gomora. Sekian ratus tahun kemudian Yokhebed melahirkan bayi Musa, doa dari Abraham telah menjaga, merawat keturunannya.

Doa adalah saat kita berkarya di alam roh, melampaui dari zaman ke segala zaman doa masih bekerja. Mazmur 56:9 - Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan? Air mata = semua doa yang dinaikkan, mau atau tidak mengambil keputusan untuk berdoa, memberi buah yang baik? Kalau tidak, kita akan berhadapan dengan tangan Tuhan, kalau kita mau berdoa, mujizat sudah disediakan oleh Tuhan.

Amin.